“Lah sekian lamo ang marantau ka Padang, Lai ado Rumah Makan Padang di sinan?” sebuah pertanyaan sederhana dan sedikit konyol diajukan oleh seorang kawan, membuat kaniang penulis sedikit bakaruik.
Setelah dipikir-pikir, sudah lebih sepuluh tahun merantau di Padang , memang tidak satupun ditemukan rumah makan yang bertuliskan Masakan Padang. Yang ada hanya merek rumah makan, tidak ada tulisan Masakan Padang, layaknya rumah makan diperantauan. Padahal hampir di seluruh kota di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, Rumah Makan Padang menghiasi setiap sudut kota.
Rumah Makan Padang yang terkenal dengan rasanya yang pedas, banyak santan dan berminyak, dengan banyak variasi, seperti rendang, kalio, asam padeh, dendeng, pangek dan sebagainya sudah begitu akrab dengan lidah orang Indonesia Bahkan turis asing pun menyukainya. Sampai-sampai beberapa iklan produk, seperti makanan dan deterjen “menjual” masakan Padang sebagai tema iklan produknya.
Lalu darimana sebenarnya asal kata Rumah Makan Padang tersebut, padahal pemiliknya bukan hanya berasal dari Padang, tapi ada juga dari Pariaman, Solok, Payakumbuh, Batusangkar, Bukittinggi dan daerah lainnya. Bahkan pernah pada pertengahan tahun 90-an di daerah Cibubur ada Rumah Makan Padang “yang kebetulan bersebelahan dengan jamu Aneka Ginseng,” pemiliknya Orang Cina.
Dari masakan pun sudah bermacam-macam rasanya, jangankan kelengkapan bumbunya, ciri khas rasa pedas pun terkadang tidak kita temukan. Tidak jarang kita takicuh ketika makan dirumah makan yang menghidangkan Masakan Padang, merk, tampilan depan, hidangan, serta menunya memang layaknya Rumah Makan Padang pada umumnya, akan tetapi rasanya takah aia lalu se, bahkan rasa manis “layaknya masakan jawa” lebih mendominasi dibanding rasa pedas.
Tukang masak-pun belum tentu urang awak, orang Jawa sudah banyak yang mahir masak masakan Padang . Di Pulau Jawa Rumah Makan Padang sudah banyak yang di arsiteki oleh Orang Jawa, termasuk rumah makan Orang Tangaya.
Kalau dilihat sejarah tempoe doeloe, Orang Minang pergi merantau bertolak dari Padang (pelabuhan Teluk Bayur). Waktu itu belum ada hubungan udara dan darat(lintas Sumatera). Makanya setiap penumpang kapal yang berlabuh di pelabuhan “utamanya Pulau Jawa” disebut Orang Padang. Mungkin itulah salah satu faktor orang minang yang diperantauan dinamakan Orang Padang. Dan sampai sekarang memang tidak ada pelurusan terhadap panggilan tersebut. Sepertinya para pendahulu kita bisa menikmatinya, terbukti dengan pemberian merk dagang Rumah Makan Padang, yang sampai sekarang jadi produk makanan paling terkenal di seantero jagad. Dan kitapun sebagai generasi penerus sampai sekarang sudah menganggap itu sebagai hal yang biasa.
Padahal Padang hanyalah salah satu daerah administratif tingkat II di Sumatera Barat yang tidak mempunyai akar sejarah yang kuat di ranah minang. Mayoritas penduduk Kota Padang merupakan pendatang dari daerah lsekitar di Sumbar, terutama Solok, bahkan tidak sedikit yang datang dari Pulau Nias. Tidak heran di Padang sendiri kalau ada yang mengaku-ngaku asli orang Padang , malah dikatakan “urang nieh”.
Bila dalam konteks budaya, orang yang berasal dari Sumatera Barat (minus Mentawai) disebut orang Minangkabau. Jika dirantau selain Orang Padang, sering juga disebut Orang Awak atau Orang Minang “yang memang lazim dan jamak kita gunakan dan tepat sasaran.”
Baca juga mengenai artikel Implan Gigi, Dokter Gigi, Rumah Sakit Jakarta, Graphic Design Jakarta, Jual Home Audio,Implan Gigi, Rumah Sakit, Perumahan Pekanbaru, Rumah Minimalis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar